Bagaimanakah Melaksanakan Lesson study ?
Lahirnya UU Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan dosen merupakan Upaya pemerintah dalam meningkatkan mutu
pendidikan di tanah air . Salah satu poin penting dari undang-undang tersebut
adalah guru sebagai profesi. Guru professional harus memiliki kompetensi
akademik dan kompetensi professional sebagai suatu keutuhan. Kompetensi
pedagogik, professional, kepribadian, dan sosial yang dirumuskan dalam UU Nomor
14 Tahun 2005 harus dilihat sebagai sebuah keutuhan yang tak terpisahkan dari
kompetensi penguaan bahan ajar yang terkandung di dalam kurikulum.
Bagaimana
cara meningkatkan kompetensi-kompetensi tersebut diatas? Lesson Study
dapat memberi solusi, karena lesson study adalah model pembinaan profesi
pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan
berkesinambungan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual
learning untuk membangun komunitas belajar. Para pendidik secara
kolaboratif, pertama-tama menganalisis masalah pembelajaran, baik dari aspek
materi ajar maupun metode pembelajaran. Selanjutnya secara kolaboratif pula
para pendidik mencari solusi dan merancang pembelajaran yang berpusat pada
siswa. Langkah berikutnya adalah menerapkan pembelajaran dikelas oleh seorang
guru, sementara yang lain sebagai pengamat aktivitas siswa yang dilanjutkan
dengan diskusi pasca pembelajaran untuk merefleksikannya. Jika prinsip-prinsip lesson
study ini dilakukan secara sistemik dan berkelanjutan dimungkinkan akan
berdampak pada peningkatan mutu pendidikan di Indonesia.
Implementasi
Lesson Study
Lesson
Study adalah sebuah kegiatan kolaborasi dengan inisiatif pelaksanaan idealnya
datang dari Kepala Sekolah bersama guru. Siapa yang melakukan kegiatan tersebut
sangatlah tergantung pada tipe lesson study yang dikembangkan. Jika lesson
study yang dikembangkan berbasis sekolah, maka orang-orang yang melakukannya
adalah semua guru dari berbagai bidang studi di sekolah tersebut serta kepala
Sekolah. Lesson Study dengan tipe seperti ini dilaksanakan dengan tujuan utama
untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa menyangkut semua
bidang study yang diajarkan. Karena kegiatan lesson study meliputi perencanaan,
pelaksanaan, dan refleksi, maka setiap guru terlibat secara aktif dalasebut.
Dalam setiap langkah dari kegiatan lesson study tersebut, guru memperoleh
kesempatan untuk melakukan identifikasi masalah pembelajaran, mengkaji
pengalaman pembelajaran yang biasa dilakukan, memilih alternatif model
pembelajaran yang akan digunakan, merancang rencana pembelajaran, mengkaji
kelebihan dan kekurangan alternatif model pembelajaran yang dipilih,
melaksanakan pembelajaran, mengobservasi proses pembelajaran, mengidentifikasi
hal-hal penting yang terjadi dalam aktivitas belajar siswa di kelas, melakukan
refleksi secara bersama-sama atas hasil observasi kelas, serta mengambil
pelajaran berharga dari setiap proses yang dilakukan untuk kepentingan
peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran lainnya. Walaupun lesson
study tipe ini secara umum hanya melibatkan warga sekolah yang bersangkutan,
dalam pelaksanaannya dimungkinkan untuk melibatkan fihak luar, misalnya para
ahli dari universitas atau undangan yang diperlukan karena kedudukannya.
Jika
kita perhatikan secara seksama, kedua tipe lesson study di atas pada
dasarnya melibatkan sekelompok orang yang melakukan perencanaan, implementasi,
dan refleksi pasca pembelajaran secara bersama-sama sehingga membentuk suatu
komunitas belajar yang secara sinergis diharapkan mampu menciptakan
terobosan-terobosan baru dalam menciptakan pembelajaran inovatif. Dengan cara
seperti ini, maka setiap anggota komunitas yang terlibat sangat potensial untuk
mampu melakukan self-development sehingga memiliki kemandirian untuk
berkembang bersama-sama dengan anggota komunitas balajar lainnya.
Bagaimana
Melakukan Persiapan Lesson Study?
Lesson
study pada dasarnya meliputi tiga bagian kegiatan yakni perencanaan,
implementasi, dan refleksi. Untuk mempersiapkan sebuah lesson study hal pertama
yang sangat penting adalah melakukan persiapan.Tahap awal persiapan dapat
dimulai dengan melakukan identifikasi masalah pembelajaran yang meliputi materi
ajar, teaching materials (hands on), strategi pembelajaran, dan siapa yang akan
berperan menjadi guru. Materi ajar yang dipilih tentu harus disesuaikan dengan
kurikulum yang berlaku serta program yang sedang berjalan di sekolah. Analisis
mendalam tentang materi ajar dan hands on yang dipilih perlu dilakukan secara
bersama-sama untuk memperolah alternatif terbaik yang dapat mendorong proses
belajar siswa secara optimal. Pada tahapan analisis tersebut perlu
dipertimbangkan kedalaman materi yang akan disajikan ditinjau antara lain dari
tuntutan kurikulum, latar belakang pengetahuan dan kemampuan siswa, kompetensi
yang akan dikembangkan, serta kemungkinan-kemungkinan pengembangan dalam
kaitannya dengan materi terkait. Dalam kaitannya dengan materi ajar yang
dikembangkan, juga perlu dikaji kemungkinan-kemungkinan respon siswa pada saat
proses pembelajaran berlangsung. Hal ini sangat penting dilakukan terutama
untuk mengantisipasi respon siswa yang tidak terduga. Jika materi ajar yang
dirancang ternyata terlalu sulit bagi siswa, maka kemungkinan alternative
intervensi guru untuk menyesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa perlu
dipersiapkan secara matang. Sebaliknya, jika ternyata materi ajar yang
dirancang terlalu mudah bagi siswa maka kemungkinan intervensi yang bersifat
pengembangan perlu juga dipersiapkan. Dengan demikian, sebelum implementasi
pembelajaran berlangsung guru telah memiliki kesiapan yang mantap sehingga proses
pembelajaran yang terjadi pada saat lesson study dilaksanakan mampu
mengoptimalkan proses dan hasil belajar siswa sesuai dengan yang diharapkan.
Bagaimana
Cara Melakukan Observasi dalam Lesson Study?
Agar
proses observasi dalam pembelajaran dari suatu lesson study dapat
berjalan dengan baik, maka ada beberapa hal yang harus dipersiapkan baik oleh
guru maupun observer sebelum proses pembelajaran dimulai. Sebelum proses
pembelajaran berlangsung, guru dapat memberikan gambaran secara umum apa yang
akan terjadi di kelas yakni meliputi informasi tentang rencana pembelajaran,
tujuannya apa, bagaimana hubungan materi ajar hari itu dengan mata pelajaran
secara umum, bagaimana kedudukan materi ajar dalam kurikulum yang berlaku, dan
kemungkinan respon siswa yang diperkirakan. Selain itu observer juga perlu
diberikan informasi tentang lembar kerja siswa dan peta posisi tempat duduk
yang menggambarkan seting kelas yang digunakan. Akan lebih baik jika peta
posisi tempat duduk tersebut dilengkapi dengan nama-nama siswa secara lengkap.
Untuk
mengantisipasi kemungkinan banyaknya observer yang datang, kelas sebaiknya
ditata sedemikian rupa sehingga mobilitas siswa, guru, dan observer dapat
berlangsung secara nyaman dan mudah. Pada saat melakukan observasi, disarankan
untuk melakukan beberapa hal berikut:
- Membuat catatan tentang komentar atau diskusi yang dilakukan siswa serta jangan lupa menuliskan nama atau posisi tempat duduk siswa.
- Membuat catatan tentang situasi dimana siswa melakukan kerjasama atau memilih untuk tidak melakukan kerjasama.
- Mencari contoh-contoh bagaimana terjadinya proses konstruksi pemahaman melalui diskusi dan aktivitas belajar yang dilakukan siswa.
- Membuat catatan tentan variasi metode penyelesaian masalah dari siswa secara individual atau kelompok siswa, termasuk strategi penyelesaian yang salah.
- Selain membuat catatan tentang beberapa hal penting mengenai aktivitas belajar siswa, seorang observer selama melakukan pengamatan perlu mempertimbangkan atau berpedoman pada sejumlah pertanyaan berikut:
1.
Apakah tujuan pembelajaran sudah
jelas? Apakah aktivitas yang dikembangkan berkontribusi secara efektif pada
pencapaian tujuan tersebut?
2.
Apakah langkah-langkah pembelajaran
yang dikembangkan berkaitan satu dengan lainnya? Dan apakah hal tersebut
mendukung pemahaman siswa tentang konsep yang dipelajari?
3.
Apakah hands-on atau teaching
material yang digunakan mendukung pencapaian tujuan pembelajaran yang
ditetapkan?
4.
Apakah diskusi kelas yang dilakukan
membantu pemahaman siswa tentang konsep yang dipelajari?
5.
Apakah materi ajar yang dikembangkan
guru sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.
6.
Apakah siswa menggunakan pengetahuan
awalnya atau pengetahuan sebelumnya untuk memahami konsep baru yang dipelajari?
7.
Apakah pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan guru dapat mendorong dan memfasilitasi cara berpikir siswa?
8.
Apakah gagasan siswa dihargai dan
dikaitkan dengan materi yang sedang dipelajari?
9.
Apakah kesimpulan akhir yang
diajukan didasarkan pada pendapat siswa?
10.
Apakah kesimpulan yang diajukan
sesuai dengan tujuan pembelajaran?
11.
Bagaiamana guru memberi penguatan
capaian hasil belajar siswa selama pembelajaran berlangsung?
LESSON STUDY
PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN
BERBASIS LESSON STUDY
Apa yang dimaksud dengan Lesson
Study? Lesson Study adalah model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian
pembelajaran secara kolaboratif dan berkesinambungan berlandaskan
prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas
belajar.
Lesson Study berasal dari Jepang. Di Indonesia berkembang melalui IMSTEP ( Indonesia Mathematics & Science Teacher Education Project ), dan yang telah melakukan hal tersebut adalah UPI, UNY, dan UNM sejak tahun 2001. Kemudian program SISTEMS (Strengthening In-service Teacher Training of Mathematics and Science Education Junior High Scondary Level) yang dilaksanakan di Sumedang, Bantul, dan Pasuruan tahun 2006.
Lesson Study berasal dari Jepang. Di Indonesia berkembang melalui IMSTEP ( Indonesia Mathematics & Science Teacher Education Project ), dan yang telah melakukan hal tersebut adalah UPI, UNY, dan UNM sejak tahun 2001. Kemudian program SISTEMS (Strengthening In-service Teacher Training of Mathematics and Science Education Junior High Scondary Level) yang dilaksanakan di Sumedang, Bantul, dan Pasuruan tahun 2006.
Mengkaji Pembelajaran melalui 3
tahapan:
Gambaran Umum Lesson Study
1. Mempertimbangkan tujuan
pembelajaran dan perkembangan siswa, serta merencanakan pembelajaran untuk
mengumpulkan data.
2. Mengobservasi pembelajaran
dalam rangka Lesson Study.
3. menggunakan data hasil
observasi untuk melakukan refleksi tentang pembelajaran secara mendalam dan
lebih luas.
4. Melakukan perencanaan ulang
dengan topik yang sama untuk melakukan open lesson pada kelas berbeda.
Tujuan Utama Lesson Study
Tujuan Utama Lesson Study
1. Meningkatkan pengetahuan
tentang materi ajar, pembelajaran, motivasi untuk selalu berkembang, kualitas
rencana pembelajaran, dan kemampuan guru untuk mengobservasi aktifitas belajar
2. Menguatkan hubungan kolegalitas.
2. Menguatkan hubungan kolegalitas.
3. Menguatkan hubungan antara
pembelajaran sehari-hari dengan tujuan jangka panjang.
Dari tujuan tersebut, diharapkan ada perbaikan atau peningkatan kualitas pembelajaran
Mengapa disebut Lesson Study?
Dari tujuan tersebut, diharapkan ada perbaikan atau peningkatan kualitas pembelajaran
Mengapa disebut Lesson Study?
Lesson Study mendukung UU No. 14
tahun 2005 tentang guru dan dosen untuk meningkatkan kompetensi-kompetensi
pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial.
Lesson Study mendukung implementasi PP 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 19: “Proses Pembelajaran harus interaktif , inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi untuk aktif, kreatif, mandiri, sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik & psikologis peserta didik.”
Tidak ada pembelajaran yang sempurna, sehingga akan ada celah untuk melakukan perbaikan dan inovasi.
Lesson Study membuat guru menjadi lebih terbuka menerima masukan guna perbaikan pembelajaran.
Lesson Study dapat meningkatkan budaya akademik, kemampuan kolaborasi, kemampuan melakukan evaluasi diri serta dapat memotivasi guru untuk melakukan inovasi pembelajaran. Selain itu, melalui lesson study guru dimungkinkan menghasilkan buku ajar dan karya ilmiah berbasis penelitian kelas.
Bagaimana melakukan Lesson Study?
Lesson Study mendukung implementasi PP 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 19: “Proses Pembelajaran harus interaktif , inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi untuk aktif, kreatif, mandiri, sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik & psikologis peserta didik.”
Tidak ada pembelajaran yang sempurna, sehingga akan ada celah untuk melakukan perbaikan dan inovasi.
Lesson Study membuat guru menjadi lebih terbuka menerima masukan guna perbaikan pembelajaran.
Lesson Study dapat meningkatkan budaya akademik, kemampuan kolaborasi, kemampuan melakukan evaluasi diri serta dapat memotivasi guru untuk melakukan inovasi pembelajaran. Selain itu, melalui lesson study guru dimungkinkan menghasilkan buku ajar dan karya ilmiah berbasis penelitian kelas.
Bagaimana melakukan Lesson Study?
Perencanaan dilakukan secara
kolaboratif berdasarkan permasalahan di kelas untuk mengembangkan model pembelajaran
yang berpusat pada siswa malalui hands-on & minds-on activity, daily life,
dan local materials.
Seorang guru dari anggota kelompok melakukan pembelajaran atau mengajar, sementara anggota lainnya mengamati. Pengamatan dapat dilakukan oleh orang lain selain anggota kelompoknya. Pengamat tidak diperkenankan menganggu/ membantu siswa selama proses pembelajaran.
Guru, pengamat, dan orang lain melakukan sharing lesson learn tentang aktifitas siswa. Pengamat saling belajar dari pembelajaran dan hasil sharing digunakan merevisi rencana pembelajaran. (Dikutip dari MyDriana_23)
Lesson Study merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan proses dan hasil pembelajaran yang dilaksanakan secara kolaboratif dan berkelanjutan oleh sekelompok guru. Tujuan utama Lesson Study yaitu untuk : (1) memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana siswa belajar dan guru mengajar; (2) memperoleh hasil-hasil tertentu yang bermanfaat bagi para guru lainnya dalam melaksanakan pembelajaran; (3) meningkatkan pembelajaran secara sistematis melalui inkuiri kolaboratif. (4) membangun sebuah pengetahuan pedagogis, dimana seorang guru dapat menimba pengetahuan dari guru lainnya.
Seorang guru dari anggota kelompok melakukan pembelajaran atau mengajar, sementara anggota lainnya mengamati. Pengamatan dapat dilakukan oleh orang lain selain anggota kelompoknya. Pengamat tidak diperkenankan menganggu/ membantu siswa selama proses pembelajaran.
Guru, pengamat, dan orang lain melakukan sharing lesson learn tentang aktifitas siswa. Pengamat saling belajar dari pembelajaran dan hasil sharing digunakan merevisi rencana pembelajaran. (Dikutip dari MyDriana_23)
Lesson Study merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan proses dan hasil pembelajaran yang dilaksanakan secara kolaboratif dan berkelanjutan oleh sekelompok guru. Tujuan utama Lesson Study yaitu untuk : (1) memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana siswa belajar dan guru mengajar; (2) memperoleh hasil-hasil tertentu yang bermanfaat bagi para guru lainnya dalam melaksanakan pembelajaran; (3) meningkatkan pembelajaran secara sistematis melalui inkuiri kolaboratif. (4) membangun sebuah pengetahuan pedagogis, dimana seorang guru dapat menimba pengetahuan dari guru lainnya.
Manfaat yang yang dapat diambil
Lesson Study, diantaranya: (1) guru dapat mendokumentasikan kemajuan kerjanya,
(2) guru dapat memperoleh umpan balik dari anggota lainnya, dan (3) guru dapat
mempublikasikan dan mendiseminasikan hasil akhir dari Lesson Study. Lesson
Study dapat dilakukan melalui dua tipe yaitu berbasis sekolah dan berbasis
MGMP. Lesson Study dilakukan berdasarkan tahapan-tahapan secara siklik, yang
terdiri dari: (1) perencanaan (plan); (b) pelaksanaan (do); refleksi (check);
dan tindak lanjut (act).
Konsep dan praktik Lesson Study
pertama kali dikembangkan oleh para guru pendidikan dasar di Jepang, yang dalam
bahasa Jepang-nya disebut dengan istilah kenkyuu jugyo. Makoto Yoshida adalah
orang yang dianggap berjasa besar dalam mengembangkan kenkyuu jugyo di Jepang.
Keberhasilan Jepang dalam mengembangkan Lesson Study tampaknya mulai diikuti pula
oleh beberapa negara lain, termasuk di Amerika Serikat yang secara gigih
dikembangkan dan dipopulerkan oleh Catherine Lewis yang telah melakukan
penelitian tentang Lesson Study di Jepang sejak tahun 1993. Sementara di
Indonesia pun saat ini mulai gencar disosialisasikan untuk dijadikan sebagai
sebuah model dalam rangka meningkatkan proses pembelajaran siswa, bahkan pada
beberapa sekolah sudah mulai dipraktikkan. Meski pada awalnya, Lesson Study
dikembangkan pada pendidikan dasar, namun saat ini ada kecenderungan untuk
diterapkan pula pada pendidikan menengah dan bahkan pendidikan tinggi.
Lesson Study bukanlah suatu strategi atau metode dalam pembelajaran, tetapi merupakan salah satu upaya pembinaan untuk meningkatkan proses pembelajaran yang dilakukan oleh sekelompok guru secara kolaboratif dan berkesinambungan, dalam merencanakan, melaksanakan, mengobservasi dan melaporkan hasil pembelajaran. Lesson Study bukan sebuah proyek sesaat, tetapi merupakan kegiatan terus menerus yang tiada henti dan merupakan sebuah upaya untuk mengaplikasikan prinsip-prinsip dalam Total Quality Management, yakni memperbaiki proses dan hasil pembelajaran siswa secara terus-menerus, berdasarkan data. Lesson Study merupakan kegiatan yang dapat mendorong terbentuknya sebuah komunitas belajar (learning society) yang secara konsisten dan sistematis melakukan perbaikan diri, baik pada tataran individual maupun manajerial. Slamet Mulyana (2007) memberikan rumusan tentang Lesson Study sebagai salah satu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan pada prinsip-psrinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar. Sementara itu, Catherine Lewis (2002) menyebutkan bahwa:
Lesson Study bukanlah suatu strategi atau metode dalam pembelajaran, tetapi merupakan salah satu upaya pembinaan untuk meningkatkan proses pembelajaran yang dilakukan oleh sekelompok guru secara kolaboratif dan berkesinambungan, dalam merencanakan, melaksanakan, mengobservasi dan melaporkan hasil pembelajaran. Lesson Study bukan sebuah proyek sesaat, tetapi merupakan kegiatan terus menerus yang tiada henti dan merupakan sebuah upaya untuk mengaplikasikan prinsip-prinsip dalam Total Quality Management, yakni memperbaiki proses dan hasil pembelajaran siswa secara terus-menerus, berdasarkan data. Lesson Study merupakan kegiatan yang dapat mendorong terbentuknya sebuah komunitas belajar (learning society) yang secara konsisten dan sistematis melakukan perbaikan diri, baik pada tataran individual maupun manajerial. Slamet Mulyana (2007) memberikan rumusan tentang Lesson Study sebagai salah satu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan pada prinsip-psrinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar. Sementara itu, Catherine Lewis (2002) menyebutkan bahwa:
“lesson study is a simple idea. If
you want to improve instruction, what could be more obvious than collaborating
with fellow teachers to plan, observe, and reflect on lessons? While it may be
a simple idea, lesson study is a complex process, supported by collaborative
goal setting, careful data collection on student learning, and protocols that
enable productive discussion of difficult issues”.
Bill Cerbin & Bryan Kopp mengemukakan bahwa Lesson Study memiliki 4 (empat) tujuan utama, yaitu untuk : (1) memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana siswa belajar dan guru mengajar; (2) memperoleh hasil-hasil tertentu yang dapat dimanfaatkan oleh para guru lainnya, di luar peserta Lesson Study; (3) meningkatkan pembelajaran secara sistematis melalui inkuiri kolaboratif. (4) membangun sebuah pengetahuan pedagogis, dimana seorang guru dapat menimba pengetahuan dari guru lainnya.
Bill Cerbin & Bryan Kopp mengemukakan bahwa Lesson Study memiliki 4 (empat) tujuan utama, yaitu untuk : (1) memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana siswa belajar dan guru mengajar; (2) memperoleh hasil-hasil tertentu yang dapat dimanfaatkan oleh para guru lainnya, di luar peserta Lesson Study; (3) meningkatkan pembelajaran secara sistematis melalui inkuiri kolaboratif. (4) membangun sebuah pengetahuan pedagogis, dimana seorang guru dapat menimba pengetahuan dari guru lainnya.
Dalam tulisannya yang lain,
Catherine Lewis (2004) mengemukakan pula tentang ciri-ciri esensial dari Lesson
Study, yang diperolehnya berdasarkan hasil observasi terhadap beberapa sekolah
di Jepang, yaitu:
a) Tujuan bersama untuk jangka panjang. Lesson study didahului adanya kesepakatan dari para guru tentang tujuan bersama yang ingin ditingkatkan dalam kurun waktu jangka panjang dengan cakupan tujuan yang lebih luas, misalnya tentang: pengembangan kemampuan akademik siswa, pengembangan kemampuan individual siswa, pemenuhan kebutuhan belajar siswa, pengembangan pembelajaran yang menyenangkan, mengembangkan kerajinan siswa dalam belajar, dan sebagainya.
b) Materi pelajaran yang penting. Lesson study memfokuskan pada materi atau bahan pelajaran yang dianggap penting dan menjadi titik lemah dalam pembelajaran siswa serta sangat sulit untuk dipelajari siswa.
c) Studi tentang siswa secara cermat. Fokus yang paling utama dari Lesson Study adalah pengembangan dan pembelajaran yang dilakukan siswa, misalnya, apakah siswa menunjukkan minat dan motivasinya dalam belajar, bagaimana siswa bekerja dalam kelompok kecil, bagaimana siswa melakukan tugas-tugas yang diberikan guru, serta hal-hal lainya yang berkaitan dengan aktivitas, partisipasi, serta kondisi dari setiap siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Dengan demikian, pusat perhatian tidak lagi hanya tertuju pada bagaimana cara guru dalam mengajar sebagaimana lazimnya dalam sebuah supervisi kelas yang dilaksanakan oleh kepala sekolah atau pengawas sekolah.
a) Tujuan bersama untuk jangka panjang. Lesson study didahului adanya kesepakatan dari para guru tentang tujuan bersama yang ingin ditingkatkan dalam kurun waktu jangka panjang dengan cakupan tujuan yang lebih luas, misalnya tentang: pengembangan kemampuan akademik siswa, pengembangan kemampuan individual siswa, pemenuhan kebutuhan belajar siswa, pengembangan pembelajaran yang menyenangkan, mengembangkan kerajinan siswa dalam belajar, dan sebagainya.
b) Materi pelajaran yang penting. Lesson study memfokuskan pada materi atau bahan pelajaran yang dianggap penting dan menjadi titik lemah dalam pembelajaran siswa serta sangat sulit untuk dipelajari siswa.
c) Studi tentang siswa secara cermat. Fokus yang paling utama dari Lesson Study adalah pengembangan dan pembelajaran yang dilakukan siswa, misalnya, apakah siswa menunjukkan minat dan motivasinya dalam belajar, bagaimana siswa bekerja dalam kelompok kecil, bagaimana siswa melakukan tugas-tugas yang diberikan guru, serta hal-hal lainya yang berkaitan dengan aktivitas, partisipasi, serta kondisi dari setiap siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Dengan demikian, pusat perhatian tidak lagi hanya tertuju pada bagaimana cara guru dalam mengajar sebagaimana lazimnya dalam sebuah supervisi kelas yang dilaksanakan oleh kepala sekolah atau pengawas sekolah.
d) Observasi pembelajaran secara
langsung. Observasi langsung boleh dikatakan merupakan jantungnya Lesson Study.
Untuk menilai kegiatan pengembangan dan pembelajaran yang dilaksanakan siswa
tidak cukup dilakukan hanya dengan cara melihat dari Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (Lesson Plan) atau hanya melihat dari tayangan video, namun juga
harus mengamati proses pembelajaran secara langsung. Dengan melakukan
pengamatan langsung, data yang diperoleh tentang proses pembelajaran akan jauh
lebih akurat dan utuh, bahkan sampai hal-hal yang detail sekali pun dapat
digali. Penggunaan videotape atau rekaman bisa saja digunakan hanya sebatas
pelengkap, dan bukan sebagai pengganti.
Berdasarkan wawancara dengan sejumlah guru di Jepang, Caterine Lewis mengemukakan bahwa Lesson Study sangat efektif bagi guru karena telah memberikan keuntungan dan kesempatan kepada para guru untuk dapat: (1) memikirkan secara lebih teliti lagi tentang tujuan, materi tertentu yang akan dibelajarkan kepada siswa, (2) memikirkan secara mendalam tentang tujuan-tujuan pembelajaran untuk kepentingan masa depan siswa, misalnya tentang arti penting sebuah persahabatan, pengembangan perspektif dan cara berfikir siswa, serta kegandrungan siswa terhadap ilmu pengetahuan, (3) mengkaji tentang hal-hal terbaik yang dapat digunakan dalam pembelajaran melalui belajar dari para guru lain (peserta atau partisipan Lesson Study), (4) belajar tentang isi atau materi pelajaran dari guru lain sehingga dapat menambah pengetahuan tentang apa yang harus diberikan kepada siswa, (5) mengembangkan keahlian dalam mengajar, baik pada saat merencanakan pembelajaran maupun selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran, (6) membangun kemampuan melalui pembelajaran kolegial, dalam arti para guru bisa saling belajar tentang apa-apa yang dirasakan masih kurang, baik tentang pengetahuan maupun keterampilannya dalam membelajarkan siswa, dan (7) mengembangkan “The Eyes to See Students” (kodomo wo miru me), dalam arti dengan dihadirkannya para pengamat (obeserver), pengamatan tentang perilaku belajar siswa bisa semakin detail dan jelas.
Berkenaan dengan tahapan-tahapan dalam Lesson Study ini, dijumpai beberapa pendapat. Menurut Wikipedia (2007) bahwa Lesson Study dilakukan melalui empat tahapan dengan menggunakan konsep Plan-Do-Check-Act (PDCA). Sementara itu, Slamet Mulyana (2007) mengemukakan tiga tahapan dalam Lesson Study, yaitu : (1) Perencanaan (Plan); (2) Pelaksanaan (Do) dan (3) Refleksi (See). Sedangkan Bill Cerbin dan Bryan Kopp dari University of Wisconsin mengetengahkan enam tahapan dalam Lesson Study, yaitu:
Berdasarkan wawancara dengan sejumlah guru di Jepang, Caterine Lewis mengemukakan bahwa Lesson Study sangat efektif bagi guru karena telah memberikan keuntungan dan kesempatan kepada para guru untuk dapat: (1) memikirkan secara lebih teliti lagi tentang tujuan, materi tertentu yang akan dibelajarkan kepada siswa, (2) memikirkan secara mendalam tentang tujuan-tujuan pembelajaran untuk kepentingan masa depan siswa, misalnya tentang arti penting sebuah persahabatan, pengembangan perspektif dan cara berfikir siswa, serta kegandrungan siswa terhadap ilmu pengetahuan, (3) mengkaji tentang hal-hal terbaik yang dapat digunakan dalam pembelajaran melalui belajar dari para guru lain (peserta atau partisipan Lesson Study), (4) belajar tentang isi atau materi pelajaran dari guru lain sehingga dapat menambah pengetahuan tentang apa yang harus diberikan kepada siswa, (5) mengembangkan keahlian dalam mengajar, baik pada saat merencanakan pembelajaran maupun selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran, (6) membangun kemampuan melalui pembelajaran kolegial, dalam arti para guru bisa saling belajar tentang apa-apa yang dirasakan masih kurang, baik tentang pengetahuan maupun keterampilannya dalam membelajarkan siswa, dan (7) mengembangkan “The Eyes to See Students” (kodomo wo miru me), dalam arti dengan dihadirkannya para pengamat (obeserver), pengamatan tentang perilaku belajar siswa bisa semakin detail dan jelas.
Berkenaan dengan tahapan-tahapan dalam Lesson Study ini, dijumpai beberapa pendapat. Menurut Wikipedia (2007) bahwa Lesson Study dilakukan melalui empat tahapan dengan menggunakan konsep Plan-Do-Check-Act (PDCA). Sementara itu, Slamet Mulyana (2007) mengemukakan tiga tahapan dalam Lesson Study, yaitu : (1) Perencanaan (Plan); (2) Pelaksanaan (Do) dan (3) Refleksi (See). Sedangkan Bill Cerbin dan Bryan Kopp dari University of Wisconsin mengetengahkan enam tahapan dalam Lesson Study, yaitu:
a) Form a Team: membentuk tim
sebanyak 3-6 orang yang terdiri guru yang bersangkutan dan pihak-pihak lain
yang kompeten serta memilki kepentingan dengan Lesson Study.
b) Develop Student Learning Goals: anggota tim memdiskusikan apa yang akan dibelajarkan kepada siswa sebagai hasil dari Lesson Study.
b) Develop Student Learning Goals: anggota tim memdiskusikan apa yang akan dibelajarkan kepada siswa sebagai hasil dari Lesson Study.
c) Plan the Research Lesson:
guru-guru mendesain pembelajaran guna mencapai tujuan belajar dan
mengantisipasi bagaimana para siswa akan merespons.
d) Gather Evidence of Student
Learning: salah seorang guru tim melaksanakan pembelajaran, sementara yang
lainnya melakukan pengamatan, mengumpulkan bukti-bukti dari pembelajaran siswa.
e) Analyze Evidence of Learning: tim mendiskusikan hasil dan menilai kemajuan dalam pencapaian tujuan belajar siswa
e) Analyze Evidence of Learning: tim mendiskusikan hasil dan menilai kemajuan dalam pencapaian tujuan belajar siswa
f) Repeat the Process: kelompok
merevisi pembelajaran, mengulang tahapan-tahapan mulai dari tahapan ke-2 sampai
dengan tahapan ke-5 sebagaimana dikemukakan di atas, dan tim melakukan sharing
atas temuan-temuan yang ada.
Untuk lebih jelasnya, dengan
merujuk pada pemikiran Slamet Mulyana (2007) dan konsep Plan-Do-See (Check-Act)
(PDCA), di bawah ini akan diuraikan secara ringkas tentang empat tahapan dalam
penyelengggaraan Lesson Study sebagai berikut:
1)
Perencanaan (Plan)
2)
Dalam tahap perencanaan, para guru yang
tergabung dalam Lesson Study berkolaborasi untuk menyusun RPP yang mencerminkan
pembelajaran yang berpusat pada siswa. Perencanaan diawali dengan kegiatan
menganalisis kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran,
seperti kompetensi dasar, cara membelajarkan siswa, mensiasati kekurangan
fasilitas dan sarana belajar, dan sebagainya, sehingga dapat mengetahui
berbagai kondisi nyata yang akan digunakan untuk kepentingan pembelajaran.
Selanjutnya, secara bersama-sama pula dicarikan solusi untuk memecahkan
permasalahan yang ditemukan.
2) Pelaksanaan (Do)
2) Pelaksanaan (Do)
3)
Pada tahapan yang kedua, terdapat dua kegiatan
utama yaitu: (1) kegiatan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh salah
seorang guru yang telah disepakati atau atas permintaan sendiri untuk
mempraktikkan RPP yang telah disusun bersama, dan (2) kegiatan pengamatan atau
observasi yang dilakukan oleh anggota atau komunitas Lesson Study yang lainnya
(baca: guru, kepala sekolah, atau pengawas sekolah, atau undangan lainnya yang
bertindak sebagai pengamat/observer)
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam tahapan pelaksanaan, diantaranya:
1. Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun bersama.
2. Siswa diupayakan dapat menjalani proses pembelajaran dalam setting yang wajar dan natural, tidak dalam keadaan under pressure yang disebabkan adanya program Lesson Study.
3. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, pengamat tidak diperbolehkan mengganggu jalannya kegiatan pembelajaran dan mengganggu konsentrasi guru maupun siswa.
4. Pengamat melakukan pengamatan secara teliti terhadap interaksi siswa-siswa, siswa-bahan ajar, siswa-guru, siswa-lingkungan lainnya, dengan menggunakan instrumen pengamatan yang telah disiapkan sebelumnya dan disusun bersama-sama.
5. Pengamat harus dapat belajar dari pembelajaran yang berlangsung dan bukan untuk mengevalusi guru.
6. Pengamat dapat melakukan perekaman melalui video camera atau photo digital untuk keperluan dokumentasi dan bahan analisis lebih lanjut dan kegiatan perekaman tidak mengganggu jalannya proses pembelajaran.
7. Pengamat melakukan pencatatan tentang perilaku belajar siswa selama pembelajaran berlangsung, misalnya tentang komentar atau diskusi siswa dan diusahakan dapat mencantumkan nama siswa yang bersangkutan, terjadinya proses konstruksi pemahaman siswa melalui aktivitas belajar siswa. Catatan dibuat berdasarkan pedoman dan urutan kegiatan pembelajaran siswa yang tercantum dalam RPP.
3) Refleksi (Check)
Tahapan ketiga merupakan tahapan yang sangat penting karena upaya perbaikan proses pembelajaran selanjutnya akan bergantung dari ketajaman analisis para perserta berdasarkan pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Kegiatan refleksi dilakukan dalam bentuk diskusi yang diikuti seluruh peserta Lesson Study yang dipandu oleh kepala sekolah atau peserta lainnya yang ditunjuk. Diskusi dimulai dari penyampaian kesan-kesan guru yang telah mempraktikkan pembelajaran, dengan menyampaikan komentar atau kesan umum maupun kesan khusus atas proses pembelajaran yang dilakukannya, misalnya mengenai kesulitan dan permasalahan yang dirasakan dalam menjalankan RPP yang telah disusun.
Selanjutnya, semua pengamat menyampaikan tanggapan atau saran secara bijak terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan (bukan terhadap guru yang bersangkutan). Dalam menyampaikan saran-saranya, pengamat harus didukung oleh bukti-bukti yang diperoleh dari hasil pengamatan, tidak berdasarkan opininya. Berbagai pembicaraan yang berkembang dalam diskusi dapat dijadikan umpan balik bagi seluruh peserta untuk kepentingan perbaikan atau peningkatan proses pembelajaran. Oleh karena itu, sebaiknya seluruh peserta pun memiliki catatan-catatan pembicaraan yang berlangsung dalam diskusi.
4) Tindak Lanjut (Act)
Dari hasil refleksi dapat diperoleh sejumlah pengetahuan baru atau keputusan-keputusan penting guna perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran, baik pada tataran individual, maupun menajerial.
Pada tataran individual, berbagai temuan dan masukan berharga yang disampaikan pada saat diskusi dalam tahapan refleksi (check) tentunya menjadi modal bagi para guru, baik yang bertindak sebagai pengajar maupun observer untuk mengembangkan proses pembelajaran ke arah lebih baik.
Pada tataran manajerial, dengan pelibatan langsung kepala sekolah sebagai peserta Lesson Study, tentunya kepala sekolah akan memperoleh sejumlah masukan yang berharga bagi kepentingan pengembangan manajemen pendidikan di sekolahnya secara keseluruhan. Kalau selama ini kepala sekolah banyak disibukkan dengan hal-hal di luar pendidikan, dengan keterlibatannya secara langsung dalam Lesson Study, maka dia akan lebih dapat memahami apa yang sesungguhnya dialami oleh guru dan siswanya dalam proses pembelajaran, sehingga diharapkan kepala sekolah dapat semakin lebih fokus lagi untuk mewujudkan dirinya sebagai pemimpin pendidikan di sekolah.
Kelemahan/masalah yang terjadi dengan lesson study di Indonesia:
1. Belum seragamnya pemahaman tentang lesson study. Terjadinya deviasi dalam memahami kegiatan lesson study, tidak jarang menimbulkan perbedaan pendapat. Sebagian pihak memandang inovasi pembelajaran harus berawal dari ide guru atau kelompok guru itu sendiri, sebagian lain berpandangan harus dibawah bimbingan dosen yang dinilai pakar. Hal ini telah melahirkan tindakan yang berbeda, yang satu membiarkan guru merencakan sendiri, ketika akan implementasi baru melaporkan. Yang kedua, adalah dosen secara aktif membimbing guru calon penyaji sampai dalam hal menyiapkan media maupun baha-bahan pembelajarannya. Guru seolah-olah hanyalah ‘wayang’ yang memainkan ide ‘dalang’.
2. Prihal kesiapan bekerja sama. Kadangkala muncul pada saat membuat keputusan siapa yang akan menjadi penyaji pembelajaran yang siap diobservasi. Jarang guru yang mengajukan diri, karena masih ada perasaan bahwa sebagai penyaji harus menyiapkan sendiri pembelajaran yang biasa tidak dilakukannya, harus berkorban dana maupun tenaga untuk konsultasi dengan dosen mitra, terkadang harus meninggalkan putra didiknya. Hal ini yang kadang bila kurang dukungan pimpinan sekolahnya membuat guru kurang tertarik. Perasaan lain adalah bahwa seorang penyaji harus siap korban perasaan saat dikritik oleh sesame temannya.
3. Koordinasi. Walaupun sudah melalui tahap sosialisasi, secara teoritis bahwa keinginan meningkatkan mutu pembelajaran seharusnya ke luar dari niat para guru (sekolah atau MGMP), tetapi mengingat kesibukan kegiatan sekolah terkadang niat ini terlupakan. Biala tidak diingatkan, sekolah lupa sehingga tidak mendorong gurunya untuk melaksanakan kegiatan ini. Walaupun sudah direncanakan, terkadang sulit mencari peluang atau kesempatan yang sesuai antara kegiatan sekolah dengan kegiatan dosen itu sendiri. Sehingga kadangkala saat implrmrntasi observer dating terlambat. Karena harus mengajar dulu dan banyak alasan lainnya. Hal ini berdampak pada saat kegiatan refleksi.
4. Ketersediaan sarana dan dukungan finansial. Untuk bisa berjalannya kegiatan ini, buat kesepakan bersama bahwa biaya kebutuhan guru harus ditanggung sekolah dan kebtuhan pihak dosen ditanggung oleh pihak fakultas. Tetapi kenyataan di lapangan sering menemui kendala, guru malu untuk meminta sekedar yang tak seberapa tapi diperlukannya. Juga pihak jurusan/dosen belum mempunyai anggaran khusus untuk hal tersebut. Selain dana, juga fasilitas di sekolah. Bila guru ingin melaksanakan pembelajaran yang menuntut eksperimen kelompok jumlah set alat yang tersedia biasanya tidak memadai untuk jumlah siswa sekitar 40 orang (8 kelompok). Terkadang hanya tersedia setengahnya. Untuk itulah biasanya dibantu dengan meminjam. Kondisi bangku di ruangan kelas sekolah umumnya tidak mendukung mobilitas dan interaksi siswa. Bangku yang tersedia umumnya statis dan sempit, apalagi dihadiri banyak observer sehingga menambah sesak dan pengap.
5. Cara menyampaikan pendapat dalam kegiatan refleksi. Walaupun sudah diingatkan saat sosialisasi bahwa focus observasi adalah cara belajar siswa, tidak mengeritik guru secara langsung, tapi karena belum terbiasa masih sering muncul kritikan langsung kepada prilaku guru. Hal ini yang kadang-kadang menyebabkan kecil hati bagi penyaji.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam tahapan pelaksanaan, diantaranya:
1. Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun bersama.
2. Siswa diupayakan dapat menjalani proses pembelajaran dalam setting yang wajar dan natural, tidak dalam keadaan under pressure yang disebabkan adanya program Lesson Study.
3. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, pengamat tidak diperbolehkan mengganggu jalannya kegiatan pembelajaran dan mengganggu konsentrasi guru maupun siswa.
4. Pengamat melakukan pengamatan secara teliti terhadap interaksi siswa-siswa, siswa-bahan ajar, siswa-guru, siswa-lingkungan lainnya, dengan menggunakan instrumen pengamatan yang telah disiapkan sebelumnya dan disusun bersama-sama.
5. Pengamat harus dapat belajar dari pembelajaran yang berlangsung dan bukan untuk mengevalusi guru.
6. Pengamat dapat melakukan perekaman melalui video camera atau photo digital untuk keperluan dokumentasi dan bahan analisis lebih lanjut dan kegiatan perekaman tidak mengganggu jalannya proses pembelajaran.
7. Pengamat melakukan pencatatan tentang perilaku belajar siswa selama pembelajaran berlangsung, misalnya tentang komentar atau diskusi siswa dan diusahakan dapat mencantumkan nama siswa yang bersangkutan, terjadinya proses konstruksi pemahaman siswa melalui aktivitas belajar siswa. Catatan dibuat berdasarkan pedoman dan urutan kegiatan pembelajaran siswa yang tercantum dalam RPP.
3) Refleksi (Check)
Tahapan ketiga merupakan tahapan yang sangat penting karena upaya perbaikan proses pembelajaran selanjutnya akan bergantung dari ketajaman analisis para perserta berdasarkan pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Kegiatan refleksi dilakukan dalam bentuk diskusi yang diikuti seluruh peserta Lesson Study yang dipandu oleh kepala sekolah atau peserta lainnya yang ditunjuk. Diskusi dimulai dari penyampaian kesan-kesan guru yang telah mempraktikkan pembelajaran, dengan menyampaikan komentar atau kesan umum maupun kesan khusus atas proses pembelajaran yang dilakukannya, misalnya mengenai kesulitan dan permasalahan yang dirasakan dalam menjalankan RPP yang telah disusun.
Selanjutnya, semua pengamat menyampaikan tanggapan atau saran secara bijak terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan (bukan terhadap guru yang bersangkutan). Dalam menyampaikan saran-saranya, pengamat harus didukung oleh bukti-bukti yang diperoleh dari hasil pengamatan, tidak berdasarkan opininya. Berbagai pembicaraan yang berkembang dalam diskusi dapat dijadikan umpan balik bagi seluruh peserta untuk kepentingan perbaikan atau peningkatan proses pembelajaran. Oleh karena itu, sebaiknya seluruh peserta pun memiliki catatan-catatan pembicaraan yang berlangsung dalam diskusi.
4) Tindak Lanjut (Act)
Dari hasil refleksi dapat diperoleh sejumlah pengetahuan baru atau keputusan-keputusan penting guna perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran, baik pada tataran individual, maupun menajerial.
Pada tataran individual, berbagai temuan dan masukan berharga yang disampaikan pada saat diskusi dalam tahapan refleksi (check) tentunya menjadi modal bagi para guru, baik yang bertindak sebagai pengajar maupun observer untuk mengembangkan proses pembelajaran ke arah lebih baik.
Pada tataran manajerial, dengan pelibatan langsung kepala sekolah sebagai peserta Lesson Study, tentunya kepala sekolah akan memperoleh sejumlah masukan yang berharga bagi kepentingan pengembangan manajemen pendidikan di sekolahnya secara keseluruhan. Kalau selama ini kepala sekolah banyak disibukkan dengan hal-hal di luar pendidikan, dengan keterlibatannya secara langsung dalam Lesson Study, maka dia akan lebih dapat memahami apa yang sesungguhnya dialami oleh guru dan siswanya dalam proses pembelajaran, sehingga diharapkan kepala sekolah dapat semakin lebih fokus lagi untuk mewujudkan dirinya sebagai pemimpin pendidikan di sekolah.
Kelemahan/masalah yang terjadi dengan lesson study di Indonesia:
1. Belum seragamnya pemahaman tentang lesson study. Terjadinya deviasi dalam memahami kegiatan lesson study, tidak jarang menimbulkan perbedaan pendapat. Sebagian pihak memandang inovasi pembelajaran harus berawal dari ide guru atau kelompok guru itu sendiri, sebagian lain berpandangan harus dibawah bimbingan dosen yang dinilai pakar. Hal ini telah melahirkan tindakan yang berbeda, yang satu membiarkan guru merencakan sendiri, ketika akan implementasi baru melaporkan. Yang kedua, adalah dosen secara aktif membimbing guru calon penyaji sampai dalam hal menyiapkan media maupun baha-bahan pembelajarannya. Guru seolah-olah hanyalah ‘wayang’ yang memainkan ide ‘dalang’.
2. Prihal kesiapan bekerja sama. Kadangkala muncul pada saat membuat keputusan siapa yang akan menjadi penyaji pembelajaran yang siap diobservasi. Jarang guru yang mengajukan diri, karena masih ada perasaan bahwa sebagai penyaji harus menyiapkan sendiri pembelajaran yang biasa tidak dilakukannya, harus berkorban dana maupun tenaga untuk konsultasi dengan dosen mitra, terkadang harus meninggalkan putra didiknya. Hal ini yang kadang bila kurang dukungan pimpinan sekolahnya membuat guru kurang tertarik. Perasaan lain adalah bahwa seorang penyaji harus siap korban perasaan saat dikritik oleh sesame temannya.
3. Koordinasi. Walaupun sudah melalui tahap sosialisasi, secara teoritis bahwa keinginan meningkatkan mutu pembelajaran seharusnya ke luar dari niat para guru (sekolah atau MGMP), tetapi mengingat kesibukan kegiatan sekolah terkadang niat ini terlupakan. Biala tidak diingatkan, sekolah lupa sehingga tidak mendorong gurunya untuk melaksanakan kegiatan ini. Walaupun sudah direncanakan, terkadang sulit mencari peluang atau kesempatan yang sesuai antara kegiatan sekolah dengan kegiatan dosen itu sendiri. Sehingga kadangkala saat implrmrntasi observer dating terlambat. Karena harus mengajar dulu dan banyak alasan lainnya. Hal ini berdampak pada saat kegiatan refleksi.
4. Ketersediaan sarana dan dukungan finansial. Untuk bisa berjalannya kegiatan ini, buat kesepakan bersama bahwa biaya kebutuhan guru harus ditanggung sekolah dan kebtuhan pihak dosen ditanggung oleh pihak fakultas. Tetapi kenyataan di lapangan sering menemui kendala, guru malu untuk meminta sekedar yang tak seberapa tapi diperlukannya. Juga pihak jurusan/dosen belum mempunyai anggaran khusus untuk hal tersebut. Selain dana, juga fasilitas di sekolah. Bila guru ingin melaksanakan pembelajaran yang menuntut eksperimen kelompok jumlah set alat yang tersedia biasanya tidak memadai untuk jumlah siswa sekitar 40 orang (8 kelompok). Terkadang hanya tersedia setengahnya. Untuk itulah biasanya dibantu dengan meminjam. Kondisi bangku di ruangan kelas sekolah umumnya tidak mendukung mobilitas dan interaksi siswa. Bangku yang tersedia umumnya statis dan sempit, apalagi dihadiri banyak observer sehingga menambah sesak dan pengap.
5. Cara menyampaikan pendapat dalam kegiatan refleksi. Walaupun sudah diingatkan saat sosialisasi bahwa focus observasi adalah cara belajar siswa, tidak mengeritik guru secara langsung, tapi karena belum terbiasa masih sering muncul kritikan langsung kepada prilaku guru. Hal ini yang kadang-kadang menyebabkan kecil hati bagi penyaji.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar